indralstr16

Jumat, 27 Mei 2011

Logika Matemtika


PENDAHULUAN

Baca selengkapnya »

BAYI TABUNG MENURUT PANDANGAN AGAMA ISLAM

  • Pengantar

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya”. (Q.S. Al-Isra : 36)

Sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan modern dan teknologi kedokteran dan biologi yang canggih, maka teknologi bayi tabung juga maju dengan pesat, sehingga kalau teknologi bayi tabung ini ditangani oleh orang-orang yang kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan dapat merusak nilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa, serta akibat-akibat yang negatif lainnya yang tidak terbayangkan oleh kita sekarang ini. Sebab apa yang bisa dihasilkan dengan teknologi, belum tentu bisa diterima dengan baik menurut agama, etika, dan hukum yang hidup dimasyarakat. Hal ini terbukti dengan misalnya timbulnya kasus bayi tabung diAmerika Serikat, di mana ibu titipannya bernama Mary Beth White head dimeja hijaukan, karena tidak mau menyerahkan bayinya kepada keluarga William Stern sesuai dengan kontrak. Dan setelah melalui proses peradilan yang cukup lama, akhirnya Mahkamah Agung memutuskan, keluarga Mary harus menyerahkan bayi tabungnya kepada keluarga William sesuai dengan kontrak yang dianggap sah menurut hukum di sana. Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain ialah :

1.Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri.
2.Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dan setelah dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam disaluran telur (tuba palupi).

Teknik kedua ini lebih alamiah dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di tuba palupi setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani) melalui hubungan seksual. Masalah bayi tabung / inseminasi buatan telah banyak dibicarakan di kalangan Islam dan diluar kalangan Islam, baik di tingkat nasional maupun di tingkat internasional. Misalnya Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamarnya tahun1980 mengharamkan bayi tabung dengan donor sperma. Lembaga Fiqh Islam OKI(Organisasi Konferensi Islam) mengadakan sidang di Amman pada tahun 1986 untuk membahas beberapa teknik inseminasi buatan / bayi tabung, dan mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau ovum donor. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibutitipan, dan seleksi jenis kelamin anak, karena dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Kemudian Kartono Muhammad, Ketua IDI(Ikatan Dokter Indonesia) memberi informasi, bayi tabung pertama Indonesia yang diharapkan lahir di Indonesia sekitar bulan Mei yang akan datang ditangani oleh dokter-dokter Indonesia sendiri. Ia mengharapkan agar masyarakat Indonesia bisa memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel sperma dan ovum dari suami/ istri sendiri.


  • Hukum Bayi Tabung / Inseminasi Buatan Menurut Islam

Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, makaharus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli ijtihad,agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yangmenjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihadtentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan prosesterjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi yangrelevan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi. Denganpengkajian secara multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang proporsionaldan mendasar.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovumsuami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita laintermasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka Islammembenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian disuntikkanke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asalkeadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan carainseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahanalami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hokum Fiqih Islam.
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal terlarang.

Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor spermadan atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi).Dan sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak sah dannasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut :

1)Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat 70 :
Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baikdan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakanmakhluk yang telah Kami ciptakan”.

Dan Surat Al-Tin ayat 4 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhansebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihimakhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakanmanusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnyasendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknyainseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkatmanusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

2)Hadits Nabi :
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain).Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban”.

Dengan hadits ini para ulama madzhab sepakat mengharamkan sesorangmengawini/melakukan hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lainyang mempunyai ikatan perkawinan yang sah. Tetapi mereka berbeda pendapat : apakah sah/tidak seorang pria mengawini wanita hamil dari orang lain akibat zina? Menurut madzhab Hanbali, wanita tersebut tidak boleh dinikahi oleh pria yang tidak menghamilinya sebelum lahir kandungannya.Sebab dia itu terkena iddah. Zufar al-Hanafi juga sependapat dengan madzhab Hanbali. Sedang madzhab Syafii membolehkan wanita hamil tersebut dikawin ioleh orang yang tidak menghamilinya tanpa harus menunggu lahir bayinya,sebab anak yang dikandungnya itu tidak ada hubungan nasab dengan pria yang berzina yang menghamili ibunya. Karena itu, adanya si janin itu sama dengan tidak ada, sehingga tidak perlu ada iddah. Sementara Abu Hanifah membolehkan juga seorang mengawini wanita hamil dari zina dengan orang lain (sah nikahnya), tetapi dengan syarat si pria yang menjadi suaminya itu untuk sementara tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan istrinyasebelum kandungan lahir.

Menurut hemat penulis, madhab Hanbali yang mengharamkan perkawinananatra wanita hamil karena zina dengan pria yang tidak menghamilinyasebelum habis iddahnya (lahir kandungannya) adalah mengandung hukumanyang cukup berat yang tidak hanya dirasakan oleh si wanita pelaku zina,melainkan juga oleh keluarganya, lebih-lebih nantinya akan dirasakan oleh sianak yang tidak berdosa akibat ulah ibunya. Sebaliknya madzhab Syafii yang membolehkan wanita hamil karena zina bisa dinikahi pria lain tanpa syarat bias membawa dampak negatif dalam masyarakat, yakni pria dan wanita tidak merasa takut melakukan hubungan seksual di luar nikah. Sebab kalau terjadi kehamilan, pria dan wanita tersebut bisa kawin atau wanita tersebut bisa kawin dengan pria lain tanpa menunggu iddah, kecuali kalau keduanya atau salah seorang dari keduanya masih terikat tali perkawinan dengan orang lain (videUU No. 1/1974 pasal 9 jo pasal 3 (2) dan pasal 4).

Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis)

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai radang usus buntu yang dalam bahasa medisnya disebut Appendicitis, maka lebih dulu harus difahami apa yang dimaksud dengan usus buntu. Usus buntu, sesuai dengan namanya bahwa ini merupakan benar-benar saluran usus yang ujungnya buntu. Usus ini besarnya kira-kira sejari kelingking, terhubung pada usus besar yang letaknya berada di perut bagian kanan bawah.

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis, Organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya Organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi kelenjar limfoid.

                                                 Seperti organ-organ tubuh yang lain, appendiks atau usus buntu ini dapat mengalami kerusakan ataupun ganguan serangan penyakit. Hal ini yang sering kali kita kenal dengan nama Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis).

Penyebab Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis)
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.

Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.

           Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.

Seseorang yang mengalami penyakit cacing (cacingan), apabila cacing yang beternak didalam usus besar lalu tersasar memasuki usus buntu maka dapat menimbulkan penyakit radang usus buntu.

Gambaran Penyakit Radang Usus Buntu (Appendicitis)
Peradangan atau pembengkakaan yang terjadi pada usus buntu menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna pada usus buntu (appendiks) akibat adanya tekanan, akhirnya usus buntu mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi.
Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut (Peritonitis).

Tanda dan Gejala Penyakit Radang Usus Buntu
Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;
  1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak).
    Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

  1. Penyakit Radang Usus Buntu kronik.
Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (istilah kesehatannya).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.

Pemeriksaan diagnosa Penyakit Radang Usus Buntu.

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh Tim Kesehatan untuk menentukan dan mendiagnosa adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis) oleh Pasiennya. Diantaranya adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology ;
  1. Pemeriksaan fisik.
    Pada appendicitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). Pada perabaan (palpasi) didaerah perut kanan bawah, seringkali bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
  2. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.
  3. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
  1. Pemeriksaan radiologi.
foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

Penanganan dan Perawatan Penyakit Radang Usus Buntu. Bila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.

Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dll.

paragraf

 Contoh Paragraf Induktif
Di era zaman globalisasi ini, banyak orang yang memiliki sepeda motor. Itu disebabkan karena sekarang mereka bisa memiliki sepeda motor dengan cepat dan mudah. Agar tidak datang terlambat, banyak orang yang berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan anak sekolah pun tidak mau kalah. Mereka berangkat ke sekolah memilih mengendarai sepeda motor. Begitu juga dengan ibu-ibu. Untuk pergi ke pasar saja, mereka menggunakan sepeda motor. Hal ini menunjukkan bahwa sepeda motor merupakan barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu sepeda motor merupakan barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

 Contoh Paragraf Deduktif
Penggunaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.
Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu Penggunaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.

 Contoh Paragraf Campuran (Induktif – Deduktif)
Fungsi tanda baca penting sekali dalam bahasa tertulis. Misalnya pemakaian koma sebagai salah satu tanda baca yang cukup banyak terpakai. Kalimat yang tidak menggunakan tanda koma menurut yang semestinya bisa menyebabkan pembaca tidak mengerti atau mungkin bisa menimbulkan salah pengertian. Misalnya kalimat, “Kucing makan tikus mati di dapur” dapat menimbulkan bermacam-macam penafsiran. Apakah yang mati itu kucing atau tikus? Begitu pula halnya dengan tanda baca yang lainnya, seperti: tanda titik, titik dua, titik koma, dan sebagainya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa tanda baca itu sangat penting fungsinya dalam bahasa tertulis.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal dan di akhir kalimat (campuran/ induktif – deduktif), yaitu Fungsi tanda baca penting sekali dalam bahasa tertulis. Serta Jadi, jelaslah bagi kita bahwa tanda baca itu sangat penting fungsinya dalam bahasa tertulis.

Paragraf


Ø     Contoh Paragraf Induktif
Di era zaman globalisasi ini, banyak orang yang memiliki sepeda motor. Itu disebabkan karena sekarang mereka bisa memiliki sepeda motor dengan cepat dan mudah. Agar tidak datang terlambat, banyak orang yang berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan anak sekolah pun tidak mau kalah. Mereka berangkat ke sekolah memilih mengendarai sepeda motor. Begitu juga dengan ibu-ibu. Untuk pergi ke pasar saja, mereka menggunakan sepeda motor. Hal ini menunjukkan bahwa sepeda motor merupakan  barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu sepeda motor merupakan barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Ø     Contoh Paragraf Deduktif
Penggunaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia dewasa ini belum dapat dikatakan seragam. Perbedaan dalam struktur kalimat, lagu kalimat, dan ucapan terlihat dengan mudah. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.
Di lingkungan persuratkabaran, radio, dan televisi sudah terjaga dengan baik. Para pemuka kitapun pada umumnya belum memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Fakta-fakta di atas menunjukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal paragraf (Deduktif), yaitu Penggunaan bahasa Indonesia di seluruh Indonesia belum seragam.

Ø     Contoh Paragraf Campuran (Induktif – Deduktif)
Fungsi tanda baca penting sekali dalam bahasa tertulis. Misalnya pemakaian koma sebagai salah satu tanda baca yang cukup banyak terpakai. Kalimat yang tidak menggunakan tanda koma menurut yang semestinya bisa menyebabkan pembaca tidak mengerti atau mungkin bisa menimbulkan salah pengertian. Misalnya kalimat, “Kucing makan tikus mati di dapur” dapat menimbulkan bermacam-macam penafsiran. Apakah yang mati itu kucing atau tikus? Begitu pula halnya dengan tanda baca yang lainnya, seperti: tanda titik, titik dua, titik koma, dan sebagainya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa tanda baca itu sangat penting fungsinya dalam bahasa tertulis.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diawal dan di akhir kalimat (campuran/ induktif – deduktif), yaitu Fungsi tanda baca penting sekali dalam bahasa tertulis. Serta Jadi, jelaslah bagi kita bahwa tanda baca itu sangat penting fungsinya dalam bahasa tertulis.

Minggu, 22 Mei 2011

Contoh Daftar Pustaka

Berikut ini merupakan contoh dari bagaimana penulisan daftar pustaka pada penulisan makalah, skripsi atau penelitian dan lain sebagainya.
1. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari internet, pertama; tulis nama, kedua; tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), ketiga; tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, keempat; tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu beri tanda koma, kelima; tulis tanggal pengambilan data tersebut ok. Seperti contoh dibawah ini:
2. Penulisan daftar pustaka dalam pengambilan data dari buku, pertama; penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, kedua; tahun pembuatan atau penerbitan buku, ketiga; judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), keempat; tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), dan kelima; penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik). Seperti contoh dibawah ini:
  • Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
  • Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.
3. Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. Pertama  tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap. Setelah penulisan nama kedua selesai, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, Kedua; tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ (  )] setelah itu beri (tanda titik). Ketiga; judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. keempat; yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir kelima; nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok.  Untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar pustaka. Nah ini contohnya Seperti dibawah ini:
  • Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
  • Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education.
Perlu diingat juga untuk penulisan daftar pustaka yang banyak harus berurutan penulisannya. Nama dari sumber yang diambil sebagai daftar putaka ditulis berdasarkan urutan Abjad dari nama masing-masing tersebut, dimulai dengan Abjad A-Z itulah urutan penulisan daftar pustaka yang baik yaitu sesuai dengan urutan nama-namanya.

PENULISAN DAFTAR PUSTAKA


Karya tulis ilmiah harus dilengkapi sumber rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sumber rujukan berupa buku ditulis dalam bentuk daftar pustaka. Untuk menulis daftar pustaka karya tulis, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan. Berikut penjelasan secara terperinci mengenai cara penulisan daftar pustaka.
1. Nama penulis dalam daftar pustaka dituliskan secara terbalik. Artinya, nama belakang disimpan di awal, baru diikuti nama depannya. Cara penulisan ini berlaku secara internasional tanpa mengenal tradisi dan kebangsaan.
Contoh: 
Martin Handoko ditulis Handoko, Martin 
Agung Hartono ditulis Hartono, Agung 

2. Jika sumber buku tersebut ditulis oleh dua orang, maka namapengarang dituliskan semuanya, tetapi nama yang penulisannya dibalikkan hanya nama penulis yang pertama.
Contoh: 
Hartono, Agung dan H. Sunarto. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.

3. Jika sumber buku tersebut ditulis oleh lebih dari dua orang, maka yang ditulis hanya nama penulis pertama dan diikuti dengan penyingkatan dan kawan-kawan (dkk.).
Contoh:
Elias, Maurice J. (dkk.) 2002. Cara-Cara Efektif Mengasah EQ Remaja. Bandung: Kaifa.

4. Penulisan judul buku digarisbawahi atau dicetak miring.
5. Urutan penulisan daftar pustaka disusun berdasarkan abjad penulis setelah nama penulis dibalik. Dalam daftar pustaka tidak perlu menggunakan nomor urut.
6. Baris pertama diketik mulai pukulan pertama dari batas tepi margin dan baris berikutnya diketik mulai pukulan kelima atau satu tab dalamkomputer.
7. Jarak antara baris pertama dengan baris berikutnya yang merupakan kelanjutannya adalah satu spasi. Sedangkan, jarak antara sumber satu dan  sumber lainnya adalah dua spasi.
Contoh:
Handoko, Martin. 1998. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.

Makmun, Abin Syamsudin. 1981. Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Press.

Selain dari sumber buku, dalam penyusunan makalah kita pun dapat memperoleh data-data dari sumber lain. Semua sumber tersebut tetap harus kita tuliskan dalam daftar pustaka. Berikut beberapa sumber yang mungkin dijadikan rujukan dalam karya tulis.
1. Sumber berupa surat kabar
Cara penulisannya:
Anshory, Irfan. 2004. “Asal Usul Nama Indonesia”. Pikiran Rakyat (16 Agustus 2004).

2. Sumbernya berupa makalah
Cara Penulisannya:
Harjasudana, Ahmad Slamet. 1999. “Kondisi Kebahasaan danPendidikan Bahasa Dikaitkan dengan Pengembangan Kompetensi Komunikatif”. Makalah seminar, UPI Bandung.

3. Sumbernya Internet
Cara penulisannya:
Pengarang/ penyunting. Tahun. Judul (edisi), [jenis medium]. Tersedia: alamat di internet. [tanggal akses].
Contoh: 
Thompson, A. 1998. The Adult and the Curriculum. [Online]. Tersedia: http://www.ed.uiuc.edu/EPS/PES-Yearbook/1998/thompson. [30 Maret 2000].
Demikianlah beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam penulisan daftar pustaka untuk membuat sebuah daftar pustaka karya tulis. Semoga bermanfaat

Daftar Pustaka


Daftar pustaka. Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan dua kata tersebut. Anda yang sering membuat laporan peneltian, makalah, karya tulis ilmiah pasti telah akrab dengan kata itu. Daftar pustaka dapat dikatakan, bagian yang memuat sumber-sumber informasi dari mana saja yang telah Anda pergunakan hingga karya tulis Anda (dalam bentuk apapaun) terselesaikan.
Namun, tidak jarang juga terdapat kesalahan dalam penulisan daftar pustaka yang benar. Berikut ini adalah tips yang dapat Anda pergunakan untuk penulisan daftar pustaka secara umum.
Pengurutan Daftar Pustaka
 Apabila Anda mempergunakan lebih dari satu sumber sebagai bahan bacaan atau referensi, Anda wajib untuk mengurutkan sumber bacaan sesuai dengan angka dari yang terkecil hingga yang terbesar. Biasanya pengurutan ini berfungsi agar para pembaca mengetahui bahwa Anda menggunakan referensi yang lebih dari satu bahan.
Penulisan Daftar Pustakan Secara Umum
Secara umum, penulisan daftar pustaka adalah sama.
  • Tulislah terlebih dahulu nama pengarang dari buku yang Anda gunakan sebagai referensi. Hanya saja, penulisan namanya dibalik dengan penggunaan tanda koma (,) di antara kedua kata tersebut. Artinya, apabila nama si pengarang adalah Iwan Hindawan, makan penulisannya menjadi Hindawan, Iwan. Lalu bubuhkan tanda titik (.). 
  •  Penulisan tahun terbit buku tersebut. Setelah penulisan tahun terbit, bubuhkan tanda titik (.).
  • Tulislah judul buku yang Anda gunakan secara lengkap dan jelas. Judul buku tersebut, harus selalu diingat, ditulis dengan digaris bawah ataupun dicetak miring. Ingat, cukup pergunakan salah satu caranya saja. Jangan pergunakan garis bawah dan miring secara bersamaan. Setelah penulisan judul, bubuhkan tanda titik (.).
  • Tulislah kota di mana buku tersebut diterbitkan beserta dengan nama penerbitnya. Jangan lupa pula bahwa di antara kota dan nama penerbit, harus dipisahkan dengan tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit buku tersebut, bubuhkan tanda titik (.).
  • Apabila Anda mempergunakan dua sumber buku referensi atau lebih, yang sama nama pengarangnya, maka sumber bacaan dicantumkan dimulai dari tahun terbit yang terkecil dahulu hingga buku yang terbaru terbit. Di antara kedua atau lebih sumber tersebut, bubuhkan tanda garis panjang sebagai pemisah.

Berikut ini adalah contoh dari penulisan daftar pustaka secara benar:
Nama pengarang: Luwi Ishwara, tahun terbit: 2007, judul buku: Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, kota terbit: Jakarta, nama penerbit: Penerbit Buku Kompas.

Apabila ingin dijadikan sebagai bahan referensi, maka hasilnya akan menjadi seperti berikut.
Ishwara, Luwi. 2007. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta,Penerbit Buku Kompas.

Jadi, bagaimana? Tidakkah membuat daftar pustaka gampang? Selamat membuat penulisan daftar pustaka yang benar para pembaca. 



















Dalam penulisan makalah, penulisan ilmiah, skripsi, buku dan lain-lain terdapat lembar daftar pustaka, terdapat beberapa hal terkait dengan daftar pustaka yang harus anda ketahui, antara lain :
1.      Pengertian Daftar Pustaka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah daftar yang mencantumkan judul buku, nama pengarang, penerbit, dan sebagainya yang ditempatkan pada bagian akhir suatu karya tulis atau buku dan disusun berdasarkan abjad. Menurut Gorys Keraf yang dimaksud dengan daftar pustaka atau bibliografi adalah sebuah daftar yang berisi judul buku-buku, artikel- artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan yang sedang digarap.
Melalui daftar pustaka pembaca atau penulis dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai keterkaitan dengan isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak. Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.
2.      Fungsi Daftar Pustaka
Dari daftar pustaka banyak hal yang dapat kita peroleh, antara lain ;
a.       Memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran sendiri tapi juga ditambahkan dengan pemikiran orang lain.
b.       Apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan.
c.       Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
d.       Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat.
3.      Unsur-unsur Daftar Pustaka
Hal yang perlu diketahui dalam penulisan daftar pustaka, yaitu :
a.       Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b.      Judul buku, termasuk judul tambahannya.
c.      Data publikasi, nama penerbit, tempat terbit, tahun terbit, edisi buku tersebut.
d.      Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun.
4.     Jenis-jenis Daftar Pustaka
a.      Kelompok Textbook
·         Penulis perorangan.
·         Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor.
·         Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga.
·         Buku terjemahan.
b.      Kelompok Jurnal
·         Artikel yang disusun oleh penulis.
·         Artikel yang disusun oleh lembaga.
·         Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi / symposium.
c.      Kelompok disertasi / tesis
d.      Kelompok makalah / informasi dari Internet
5.     Penyusunan Daftar Pustaka
Penyusunan daftar pustaka dan penunjukannya pada naskah mengikuti salah satu
dari tiga sistem berikut :
a.     Nama dan Tahun (Name and Year System). Daftar pustaka disusun secara abjad  berdasarkan nama akhir penulis      dan tidak dinomori. Penunjukan pada naskah dengan nama akhir penulis diikuti tahun penerbitan.
b.     Kombinasi Abjad dan Nomor (Alphabet-Number System). Pada sistem ini cara penunjukannya dalam naskah adalah dengan memberikan nomor sesuai dengan nomor pada daftar pustaka yang disusun sesuai abjad.
c.     Sistem Nomor (Citation Number System). Kutipan pada naskah diberi nomor  berurutan dan susunan daftar pustaka mengikuti urutan seperti tercantum pada naskah dan tidak menurut abjad.
6.   MetodeHavard
Contohnya seperti pada gambar di bawah ini.
7.   Cara Penulisan Daftar Pustaka Textbook
a.    Buku yang ditulis/dibuat oleh lembaga : nama lembaga, tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garis bawahi), edisi dan volume, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
b.    Buku terjemahan : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul buku (cetak miring atau garisbawahi), penerjemah, nama penerbit, tempat penerbit (kota), halaman yang dibaca.
8.   Cara Penulisan Daftar Pustaka Jurnal dan Disertasi/Tesis
a.    Kelompok makalah yang dipresentasikan dalam seminar/konferensi/simposium : nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah, nama forum penyajian (cetak miring atau garisbawahi), kota, bulan dan tanggal penyajian.
b.    Kelompok disertasi/tesis : nama penulis (disusun balik), tahun terbit, judul disertasi/thesis (centang miring atau garisbawahi), tempat penerbitan (kota), universitas, kata “disertasi” atau “tesis”.
9.    Cara Penulisan Daftar Pustaka dari Internet
a.     Kelompok makalah / informasi dari Internet (apabila ada nama penulis) : nama penulis (disusun balik), tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.
b.     Kelompok makalah / informasi dari Internet (apabila tidak ada nama penulis) : nama lembaga yang menulis, tahun penyajian, judul makalah / informasi, alamat Internet.